Catatan Perjalanan :
Sekali
Menginjak Gas, Delapan Negara Bagian Terlampaui
7.
Melihat Batu Gosong
Mempertimbangkan
kami masih punya cukup waktu dalam perjalanan kembali ke
Flagstaff dari Grand Canyon sore itu, maka sekitar 25 km sebelum
mencapai Flagstaff kami berbelok ke timur mampir ke obyek wisata
yang disebut Sunset Crater Volcano. Saya memang tertarik dengan
namanya, sementara belum banyak informasi yang sempat saya baca
tentang tempat itu sebelumnya. Dalam hati saya berkata : pokoknya
belok saja, toh hanya 5 km dari jalan besar.
Ternyata yang
namanya Sunset Crater Volcano adalah bekas kawah gunung berapi. Lha
wong namanya bekas, jadi yang tampak di sana adalah hamparan
batu-batu vulkanis yang nampak gosong, bekas terbakar. Juga
tersedia jalan yang cukup aman untuk bisa jalan kaki mendaki ke
pinggir bekas kawahnya, jika berminat.
Sepintas sama
sekali tidak ada yang menarik bagi saya. Di Indonesia rasanya
banyak yang lebih menarik untuk dikunjungi, daripada sekedar batu
gosong. Tidak perlu lama-lama, setelah berhenti istirahat
sebentar, kamipun langsung memutar untuk melanjutkan perjalanan.
Yang lalu kemudian mengganjal di pikiran saya adalah kenapa batu
gosong saja mampu mereka promosikan untuk menarik wisatawan. Dan
anehnya, banyak juga wisatawan (lokal khususnya) yang mau
berkunjung ke situ dan rela membayar uang tanda masuk US$ 7.00.
Obyek wisata
Dieng di Jawa Tengah, bagi saya jauh lebih kaya dan menarik untuk
dikunjungi, kalau hanya sekedar berkunjung yang diinginkan. Untuk
sekedar mengambil contoh : tahun 1977 saya ke Dieng, lalu tahun
1987 saya ke Dieng lagi, memang menarik tapi ya masih
begitu-begitu saja. Tidak berkesan ada nilai tambah yang saya
peroleh. Padahal di sana ada kawah, ada sumber air panas, ada
telaga, ada candi, ada industri jamur, ada pertanian kentang, ada
perkebunan teh, ada berbagai legenda yang tidak habis-habisnya
digali.
Selesai
berkunjung dan melihat, ya sudah. Apa dan bagaimana semua itu?
Anda harus mencarinya sendiri, tanya sana tanya sini, riset
kepustakaan sendiri jika diperlukan, atau mendatangi kantor Dinas
Pariwisata (itupun kalau Anda beruntung petugasnya sedang
mau Anda kunjungi). Maka janganlah heran kalau Pemda
Dati II Banjarnegara, atau Wonosobo sebagai kota terdekatnya
sebenarnya kehilangan sumber pendapatan asli daerah (termasuk
devisa) dari sektor pariwisata, yang sebenarnya bisa diharapkan
lebih banyak. Karena dengan memberi nilai tambah, Dieng akan
sangat menjanjikan lebih bernilai ekonomis untuk
dijual.
***
Seperti saya
singgung di catatan sebelumnya tentang Lembah Api. Kenapa banyak
wisatawan berkunjung ke Sunset Crater Volcano adalah karena ada
nilai tambah atas batu gosong itu. Brosur-brosur promosi yang
dicetak di atas kertas lux berwarna dan terkadang
dilengkapi dengan foto, bisa diperoleh dengan mudah, di hotel, di
restoran, bahkan di visitor center saat memasuki negara
bagian Arizona. Tentu dengan harapan agar para wisatawan tertarik
untuk menjadikan tempat itu sebagai salah satu sasaran
kunjungannya. Minimal para calon pengunjung tahu bahwa ada tempat
yang namanya Sunset Crater Volcano.
Umumnya
tempat-tempat wisata di Amerika, setiap kita membeli karcis masuk
maka akan disertakan juga brosur yang memuat berbagai informasi
tentang tempat yang kita kunjungi, termasuk denah atau peta
lokasi lengkap dengan berbagai keterangannya. Dengan demikian
pengunjung tidak hanya akan melihat obyeknya saja (batu gosong
misalnya), melainkan juga akan tahu Apa dan
Bagaimana-nya.
Di ruang visitor
center, biasanya pengunjung akan memperoleh berbagai macam
informasi yang terkait, seperti sejarahnya, proses terjadinya,
pengelolaannya, bahkan terkadang dikembangkan lagi dengan
peristiwa-peristiwa lain yang ada kaitannya dengan peristiwa yang
terjadi di situ. Semua disajikan melalui media yang sangat
informatif, bisa gambar-gambar dan foto-foto di dinding, diorama,
alat peraga, pemutaran film dan video, buku-buku, hingga
dilengkapi dengan cenderamata yang bisa diperoleh dengan
membelinya.
Nilai tambah
itulah yang sebenarnya sedang mereka jual, bukan semata-mata
menjajakan batu gosong -nya. Nampaknya kita memang
harus mengejar banyak hal di sektor ini. Dalam kenyataannya kita
masih menerapkan bahwa antara rekreatif dan edukatif adalah dua
hal terpisah. Sementara di sini saya melihat orang sudah
mengaitkan bagaimana agar yang rekreatif itu sekaligus berfungsi
edukatif, bagi siapa saja, sekalipun untuk itu harus dengan
membayar. Siapapun boleh saja tidak setuju, tapi setidak-tidaknya
itulah yang baru saja saya tangkap.- (Bersambung)
Yusuf Iskandar